Virus Corona Membuat WNI Gelisah

Virus Corona Membuat WNI Gelisah – Sepi. Tak ada transportasi. Wuhan yang metropolis berubah seperti kota mati.

Kota Wuhan mendadak sunyi, usai Virus Corona jenis baru menjadi wabah dan merenggut sebanyak 80 nyawa di sana. Hingga pada Senin 27 Januari, situasi belum membaik. Pemerintah China pun memutuskan untuk menutup akses dari dan ke kota itu untuk mencegah pendemik global.

Berdasarkan kesaksian dari mahasiswi S2 Indonesia dari Aceh yang bernama Siti Mawaddah, masyarakat di Wuhan tak dibolehkan pergi ke tempat ramai. Karena Virus Corona bisa menular lewat kontak fisik. http://162.214.145.87/

Toko-toko memilih tutup. Akses menuju kereta Metro di Wuhan juga mati. Bus pun sulit dicari. Kendaraan pribadi dan juga taksi menjadi pilihan transportasi pada kota itu, sebelum akhirnya juga dilarang.

Pesta kembang api yang biasanya memeriahkan tahun baru China, tidak dibolehkan pemerintah untuk digelar. Membuat Imlek di Wuhan berakhir tanpa perayaan. 

Pemerintah China menutup kota Wuhan karena menjadi pusat Virus Corona baru bernama 2019-nCoV. Hampir 100 warga negara Indonesia (WNI) ada di Wuhan,  mereka ikut merasakan dampak penutupan akses yang terjadi.

Berdasarkan catatan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Wuhan, ada 93 WNI di kota itu yang hampir seluruhnya merupakan mahasiswa. Jumlah tersebut belum termasuk warga Indonesia yang kebetulan sedang mengunjungi Wuhan ketika lockdown dimulai. Mereka semua terjebak.

Para WNI menyaksikan bagaimana kota Wuhan menjadi lebih sepi setelah virus ini mewabah. Menurut Siti, penutupan akses Kota Wuhan membuat sejumlah WNI yang ada di China kesulitan untuk memenuhi kebutuhan logistik.

“Saya melewati kota, sepanjang jalan saya melihat keadaan sepi tidak seperti biasanya kota Wuhan ramai dan penuh. Tetapi ini waktu itu telah sepi seperti kota mati,” ujar Siti yang berasal dari Kota Sigli, Aceh.

Virus Corona Membuat WNI Gelisah

Hal serupa juga dirasakan sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) penerima beasiswa Mandarin Unesa (Confucius Institute). Salah satu penerima beasiswa itu adalah Nathania, yang menuturkan, kondisi Wuhan masih sepi sejak ditutup pada 23 Januari 2020 pukul 10.00.

“Sepi. Toko-toko masih banyak yang tutup ataupun buka di jam-jam tertentu,” ujar dia, Senin (27/1/2020).

Ia mengaku diimbau untuk menjauh dari daerah ramai dan juga tetap berada di asrama. Karena di asrama masih dinyatakan sebagai tempat yang aman.

“Kalau bukan untuk membeli persediaan makanan, kami tidak keluar asrama. Kami masih berada dalam dorm sebagai tempat teraman saat ini,” tutur Nathania.

Kondisi logistik yang dimilikinya pada saat ini masih aman. Akan tetapi toko masih banyak yang tutup dan hanya buka pada jam tertentu. Selain itu, harga logistik juga lebih mahal dari biasanya. “Tetapi kami masih bisa makan dengan aman.”

Kedutaan Besar RI di Beijing memastikan akan terus melindungi keselamatan jiwa dan juga mencukupi kebutuhan 93 WNI yang tertahan di Wuhan.

“Kami tak akan meninggalkan mereka. Kami terus hubungi mereka. Bahkan, bila ada hal mendesak yang perlu disampaikan, kami sediakan empat nomor hotline,” kata Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun di Beijing.

Menurut dia, memang kebutuhan logistik yang ada saat ini akan habis dalam lima atau enam hari ke depan. “Tetapi sebelum mereka kehabisan, kami akan suplai terus,” ujarnya.

Distribusi logistik dipesan secara daring oleh KBRI dan lalu dikirimkan melalui kurir pada koordinator-koordinator WNI yang ada pada setiap kampus dan apartemen. Tak semua dari 93 WNI yang tertahan di Wuhan itu berstatus pelajar, ada satu hingga dua orang pekerja profesional yang tinggal di apartemen.

KBRI juga bahkan sudah mendirikan posko khusus pada Changsha, Provinsi Hunan, untuk membantu suplai logistik bagi 93 WNI di Wuhan. Selain itu, upaya perlindungan juga dilakukan oleh KBRI Beijing melalui sebuah komunikasi intensif dengan pemerintah China, Pemerintah Provinsi Hubei, dan Pemerintah Kota Wuhan.

“Kami juga terus menerus berkoordinasi dengan KJRI (Konsulat Jenderal RI) yang ada di Guangzhou dan Shanghai.”

WNI di Wuhan mulai merasa gelisah dan ketakutan dengan terus bertambahkan korban jiwa akibat Virus Corona terbaru. “Gusar, gelisah, dan juga khawatir dengan jumlah korban yang semakin lama semakin bertambah,” ujar Siti Mawaddah, mahasiswi S2 di Wuhan.

Dia berharap agar pemerintah secepatnya dapat mengevakuasi WNI yang terjebak di Wuhan untuk pulang ke Indonesia. Atau setidaknya bisa menetap di kota lain seperti Beijing atau Changsa.

Hal lain yang membuat Siti ketakutan ialah sulitnya transportasi. Sebab, supermarket terdekat tutup sehingga harus menempuh jarak cukup jauh untuk membeli persediaan makanan yang hampis habis.

“Hari ini banyak supermarket yg telah tutup dan ada supermarket yang buka akan tetapi jauh dari kampus harus menempuh waktu sekitar 15 menit kalau naik sepeda. Sedangkan saya takut berada lama di tempat umum selain di dalam kamar karena takut terinfeksi virus,” ujar Siti.

Ketika ditanya bantuan apa yang dibutuhkan, Siti berkata WNI butuh obat-obatan, beras, sayuran, buah-buahan, dan kebutuhan pokok lainnya. Yang membutuhkan juga tidak hanya WNI di kota Wuhan, melainkan di seluruh provinsi Hubei.

Tanggap dengan status darurat yang ditetapkan oleh China di wilayahnya dan harapan WNI di Wuhan, pemerintah Indonesia memiliki wacana untuk mengevakuasi para WNI yang bertempat di wilayah terdampak.

“Memang kita pantau dari beberapa negara yang sudah menyatakan keinginan untuk melakukan evakuasi termasuk AS, Prancis dan Australia. Semua dari kita termasuk negara itu, juga akan banyak bergantung dari sejauh mana pemerintah RRT, bisa memberikan pertimbangan dan saran tindakan evakuasi tersebut. Apakah bisa langsung di evakuasi keluar dari negara atau harus di wilayah Tiongkok sendiri,” ujar Plt Jubir Kemlu Teuku Faizasyah.

Ia menambahkan, untuk saat ini pemerintah masih terus menunggu kepastian dari pemerintah Tiongkok sambil terus membangun komunikasi secara intensif dengan pihak China, baik pusat maupun provinsi.

“Pemerintah tentunya telah berbicara dengan pihak Tiongkok melalui perwakilan kita di Beijing, dan komunikasi itu terus berlanjut. Sekali lagi kita will be guided, dan akan dibantu oleh keputusan dari pihak Tiongkok mengenai timing yang tepat untuk melakukan tindakan termasuk tindakan evakuasi,” tambahnya.

Dalam proses evakuasi nanti, pemerintah tentu ingin mewujudkan keamanan dan juga kesejahteraan bagi seluruh warga negara Indonesia. Oleh sebab itu, Faizasyah juga secara tegas menyampaikan bahwa pemerintah akan melindungi seluruh rakyat tanpa adanya pembedaan. Semua warga negara dipastikan akan mendapatkan perlakuan yang sama.

Jumlah dari kasus tertularnya virus corona sudah mencapai 3.000 kasus yang dikonfirmasi di seluruh dunia. Sebagian besar terjadi di China, dengan jumlah kematian yang dilaporkan mencapai 80 orang, hingga Senin (27/1/2020).

Seorang analisis perang biologis asal Israel, membagikan perkiraannya, mengenai asal Virus Corona yang ditularkan melalui hewan mematikan dan menyebar ke seluruh dunia, yang kemungkinan berasal dari sebuah laboratorium di kota Wuhan, yang berhubungan dengan program senjata biologis rahasia China, seperti dikutip dari The Washington Times.

Adalah Dany Shoham, seorang mantan perwira intelijen militer Israel yang mempelajari perang biologis China.

Virus Corona Membuat WNI Gelisah  1

Memegang pangkat letnan kolonel, Dany Shoham merupakan seorang analis senior intelijen militer Israel untuk perang  yang melibatkan senjata biologis dan kimia di Timur Tengah dan di seluruh dunia sejak tahun 1970 hingga tahun 1991. Ia meraih gelar doktor dalam bidang mikrobiologi medis.

Saat ditanyakan mengenai kemungkinan bocornya Virus Corona, Dany Shoham mengatakan, “Pada prinsipnya, infiltrasi virus keluar mungkin terjadi baik karena kebocoran atau karena infeksi tanpa disadari di dalam ruangan dari seseorang yang biasanya keluar dari fasilitas yang bersangkutan.”

“Ini dapat menjadi kasus dengan Institut Virologi Wuhan, tetapi sejauh ini tidak ada bukti atau indikasi untuk kejadian tersebut,” ungkap dia.

China dikabarkan sudah membantah akan adanya kepemilikan senjata biologis yang sensitif.

Pihak berwenang di China juga menyampaikan bahwa mereka tidak tahu asal mula Virus Corona, yang telah menewaskan sedikitnya 80 orang dan menginfeksi ribuan orang.

Dalam sebuah pernyataan kepada salah satu media pemerintah setempat, tanda-tanda awal indikasi virus baru tersebut dilaporkan berasal dari hewan liar yang dijual di pasar makanan hewan laut di Wuhan, menurut Gao Fu yang adalah Direktur Chinese Center for Disease Control and Prevention.

Share